Resensi Finding Dory, Ketika Ingatan Kembali, Petualangan Baru Dimulai Lagi

Sumber: Disney+

Setelah kesuksesan Finding Nemo pada tahun 2003, Pixar dan Walt Disney kembali menyelami dunia bawah laut dengan sekuelnya, Finding Dory, yang dirilis pada tahun 2016. 

Kali ini, kisah difokuskan pada Dory, ikan Blue Tang yang dikenal karena sifatnya yang ramah, ceria, dan pelupa. Film ini tidak hanya mengajak kita bertualang menjelajahi laut, tetapi juga menggali tema yang jauh lebih dalam: tentang siapa diri kita, pentingnya keluarga, dan bagaimana menerima diri sendiri dengan segala kelebihan dan kekurangan.

Semua bermula dari sepotong memori kecil yang tiba-tiba muncul di benak Dory. Di balik kabut ingatannya yang selalu kacau, terselip wajah kedua orang tuanya, Jenny dan Charlie. Dory mulai merasa ada sesuatu yang penting yang hilang dari hidupnya: keluarganya sendiri. Dengan dorongan yang kuat dan sedikit rasa penasaran yang manis, Dory memulai perjalanan besar untuk menemukan asal-usulnya. Bersama Marlin dan Nemo, ia berlayar ke California (sebuah tempat bernama Marine Life Institute) yang perlahan-lahan terasa semakin familiar.

Petualangan mereka kali ini tidak hanya soal menjelajah lautan, tapi juga mengungkap jati diri. Latar Marine Life Institute sebagai pusat rehabilitasi satwa laut menjadi panggung yang sangat menarik secara visual dan emosional. Di sana, Dory bertemu dengan karakter-karakter baru yang sangat unik dan penuh warna: Hank si gurita penyendiri yang hanya punya tujuh tentakel, Destiny si hiu paus yang rabun jauh, dan Bailey si paus beluga dengan kemampuan sonar yang luar biasa tapi penuh keraguan. Ketiganya tidak sempurna, namun kehadiran mereka justru memperkuat pesan utama film: bahwa setiap kekurangan bisa menjadi kekuatan.

Tanpa perlu banyak kata, Pixar berhasil membuat kita jatuh cinta lagi dengan semesta bawah lautnya. Animasi dalam Finding Dory lebih halus dan kaya dibanding pendahulunya. Warna-warna laut yang cerah, tekstur air yang realistis, hingga pantulan cahaya di balik kaca akuarium—semuanya dikerjakan dengan detail luar biasa. Dunia yang dibangun terasa hidup, imersif, dan nyaman dilihat bahkan saat ceritanya menyentuh sisi emosional terdalam.

Namun kekuatan film ini tidak hanya datang dari visual, tetapi juga dari emosinya. Melalui ingatan-ingatan yang tercecer, Dory perlahan mengungkap siapa dirinya sebenarnya. Ia bukan sekadar ikan pelupa, tapi makhluk kecil yang berani dan penuh kasih. Ia mungkin sering salah arah, tapi ia tidak pernah berhenti mencoba. Dan lewat kalimat sederhana seperti “Just keep swimming,” Dory mengingatkan kita bahwa dalam hidup, yang penting adalah terus melangkah, walau pelan, walau bingung, asal tidak menyerah.

Musik pengiring karya Thomas Newman kembali menjadi jantung emosional film. Skor musiknya tidak hanya menghiasi, tetapi ikut mendorong dan menguatkan setiap adegan penting—momen haru, tegang, hingga penuh tawa. Di sisi lain, dialog-dialog antar karakter ditulis dengan ringan tapi tajam. Tidak ada lelucon yang dipaksakan, tidak ada pesan moral yang menggurui. Semuanya mengalir alami, dan justru karena itulah terasa menyentuh.

Yang paling menarik, Finding Dory bukan hanya film untuk anak-anak. Justru banyak bagian dari film ini yang akan lebih bermakna bagi penonton dewasa—terutama soal pencarian identitas, penerimaan diri, dan kehangatan keluarga. Dory bukanlah tokoh sempurna, tapi justru karena ketidaksempurnaannya itulah ia terasa nyata dan relevan. Ia mengajarkan kita bahwa ingatan bisa hilang, arah bisa kabur, tapi selama kita dikelilingi orang-orang yang peduli, kita tidak pernah benar-benar tersesat.

Tak heran jika film ini sukses besar di box office, dengan pendapatan lebih dari 1 miliar dolar AS. Ia bukan hanya berhasil secara komersial, tapi juga secara emosional. Finding Dory bukan sekadar sekuel pelengkap dari Finding Nemo, tapi berdiri dengan kekuatannya sendiri sebagai film keluarga yang hangat, menyentuh, dan tak mudah dilupakan—meski tokoh utamanya pelupa.

Judul Film: Finding Dory
Sutradara: Andrew Stanton
Penulis Skenario: Andrew Stanton, Bob Peterson, Victoria Strouse
Tahun Rilis: 2016
Genre: Petualangan, Animasi, Keluarga
Durasi Film: 1 jam 45 menit
Produksi: Pixar Animation Studios

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Mudah Menuju BXSea dengan Transportasi Umum yang Praktis

Panduan Rute Transportasi Umum Menuju Jakarta Aquarium & Safari di Neo Soho Mall

Fun Papercraft Workshop: Belajar Seni Melipat Kertas dengan Sharky, Maskot Sea World Ancol