Blue Planet II: Dokumenter Laut yang Menampar Kesadaran Manusia
![]() |
Sumber: Pinterest |
Plastik di perut paus. Karang yang kehilangan warna. Ikan
yang “menari” demi cinta. Semua itu terekam luar biasa indah dan menyakitkan
dalam dokumenter Blue Planet II, produksi BBC Earth. Film ini bukan
sekadar hiburan visual tentang kehidupan laut tetapi tamparan terhadap bagaimana
manusia memperlakukan laut.
Dirilis pada 2017 sebagai kelanjutan dari seri pertamanya, Blue
Planet II membawa kita menyelam jauh ke dunia bawah laut, dunia yang
sebetulnya menutupi lebih dari 70 persen permukaan Bumi tapi kita tahu paling
sedikit tentangnya. Narasi hangat Sir David Attenborough yang khas membuka
pintu ke tempat-tempat yang belum pernah bayangkan: ubur-ubur bercahaya di laut
dalam, hiu yang berburu dalam koordinasi diam, hingga gurita yang memakai
cangkang sebagai baju zirah.
Namun, di balik pesona visual itu, BBC menyisipkan pesan
serius: laut sedang rusak. Episode terakhir, “Our Blue Planet” memperlihatkan
bagaimana sampah plastik dan polusi telah menjadi ancaman yang mengintai hampir
semua makhluk laut. Salah satu momen paling menyayat adalah saat seekor paus
betina berenang membawa bangkai anaknya selama berhari-hari, yang diyakini mati
karena keracunan plastik. Di titik ini, dokumenter berhenti menjadi tontonan,
dan mulai berubah menjadi panggilan hati.
Yang membuat Blue Planet II begitu kuat bukan hanya
teknologinya yang canggih (kamera ultraHD, lensa makro ekstrem, dan rekaman
suara bawah laut) tetapi bagaimana semuanya disatukan untuk menyampaikan
cerita. Musik karya Hans Zimmer ikut memperkuat emosi, membuat suasana tenggelam
dalam perasaan takjub, sedih, dan reflektif dalam waktu bersamaan. Dokumenter
ini berhasil menjadikan hewan laut sebagai tokoh dengan emosi dan perjuangan
yang kita bisa rasakan.
Menariknya, dokumenter ini tidak menyalahkan penonton. Ia
tidak agresif menyodorkan solusi atau menyalahkan negara-negara besar.
Alih-alih, ia memancing empati. Dengan cara ini, ia justru membuat kita lebih
ingin tahu: bagaimana cara kita bisa ikut menjaga laut? Bahkan penonton awam
sekalipun akan merasa tergerak untuk melakukan perubahan kecil, seperti
mengurangi pemakaian plastik sekali pakai atau lebih peduli terhadap kebersihan
pesisir.
Setiap episode Blue Planet II menyajikan kisah yang
menyentuh. Ada ikan tropis yang membangun sarang sempurna dari pasir hanya
untuk menarik pasangan. Ada gurita yang memakai kelapa sebagai tempat
berlindung. Ada belut moray yang berburu dalam kerja sama secara diam-diam
dengan kerapu. Detail-detail ini membangun rasa hormat baru pada laut, bukan
sebagai “sumber daya” tapi sebagai rumah bagi kehidupan yang cerdas dan
kompleks.
Efek dari dokumenter ini nyata. Setelah ditayangkan di
Inggris, data menunjukkan lonjakan kepedulian publik terhadap isu plastik
sekali pakai. Pemerintah dan perusahaan mulai dituntut lebih keras dalam
mengatasi polusi laut. Blue Planet II bukan hanya sekedar tontonan tetapi
ia memicu perubahan dan menyalakan kesadaran yang kadang terlupakan oleh
kesibukan kita sehari-hari.
Dan memang seharusnya begitu. Karena kalau bukan sekarang kita
bergerak, kapan lagi? Laut bukan tempat jauh yang tak tersentuh. Mikroplastik
dari produk sehari-hari manusia sudah ditemukan di tubuh ikan, bahkan garam
dapur. Dampaknya bukan hanya pada paus atau terumbu karang, tapi pada kita,
keluarga kita, dan generasi yang akan datang. Karena apa yang kita buang, akan
kembali ke tubuh kita sendiri.
Blue Planet II menunjukkan bahwa laut bukan hanya
ekosistem, tapi kisah hidup yang berlangsung tanpa di sadari. Dan sekarang,
kisah itu berada di ujung ancaman.
Jika kamu belum menontonnya, sempatkan waktu. Karena mungkin
inilah dokumenter yang paling membuatmu jatuh cinta sekaligus merasa bersalah
dengan cara yang paling indah.
Komentar
Posting Komentar